BERSATU KITA TEGUH BERCERAI KITA RUNTUH
(Mengacu Pada Semboyan Bhinneka Tunggal Ika) Membaca dominasi berita yang simpang siur di media-media online resmi, youtube, maupun media-media sosial di Indonesia tentang Demo 4 November membuat kepala rasanya pusing tujuh keliling. Saling hujat, saling tuntut, saling menjatuhkan satu sama lain, baik antar golongan maupun individual. Permasalahan inti yang diperdebatkan yaitu saling mempertahankan argumen idealisme masing-masing yang masing-masing pihak merasa diri benar akan pahamnya masing-masing, dan pihak-pihak lawan adalah pihak yang salah. Apakah ini yang akan membawa bangsaku bisa bersatu padu, seperti semboyan yang digaungkan: „Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh“. Bagaimanakah cara menjadi satu jalan dan pemikiran agar dapat mewujudkan impian dari para pejuang-pejuang kita terdahulu yang melawan penjajah di simbolkan dalam lambang negara Indonesia hingga kini yaitu Garuda Pancasila dengan semboyan „Bhinneka Tunggal Ika“[1]. Perbedaan pendapat dan keinginan itu adalah hal yang biasa terjadi dan kita sudah mengalami sejak kita didalam kandungan Ibu kita masing-masing. Misalnya, setiap Ibu yang mengidam[2] memiliki keinginan yang berbeda-beda, baik ngidam psikologis maupun ngidam fisik (http://www.kodam17cenderawasih.mil.id/kebiasaan-ibu-ibu-saat-ngidam/), Ngidam psikologis sifatnya abstrak, cuma Ibu tersebut yang merasakannya, seperti sensitif dengan bau-bauan, atau bahkan menyukainya, sedangkan ngidam fisik bentuknya nyata, seperti kegiatan fisik, kesukaan akan makanan dan minuman yang disukai atau tidak. Dan, yang dipercayaai bahwa itu adalah keinginan si jabang bayi yang berada dalam kandungan, tapi beberapa ahli menganggap itu mitos semata (http://family.fimela.com/seputar-kehamilan/hamil-sehat/ngidam-sebenarnya-mitos-atau-fakta-cek-di-sini-131030t-page2.html). Beberapa bantahan mengatakan, ngidam bukan mitos karena diperkuat dengan dugaan memang keinginan dari jabang bayi tersebut, terbukti beberapa Ibu-Ibu yang ingin makan beragam makanan, minum jenis minuman yang sebelumnya mereka tidak menyukainya, atau bahkan sebaliknya (sumber: http://www.ayahbunda.co.id/kehamilan-gizi-kesehatan/penyebab-ngidam-ibu-hamil; http://www.pengensehat.com/alasan-mengapa-wanita-hamil-ngidam.htm). Sedangkan beberapa ibu-ibu hamil yang ingin melakukan kegiatan yang tidak pernah dilakukan, bahkan ada beberapa yang melakukan itu dengan mengindahkan rasa malu mereka. Kejadian nyata, pernah saya melihat secara langsung di daerah saya berasal di Kalimantan Timur, seorang Ibu selama hamil, ingin mengelus kepala plontos dari tukang sapu jalanan, dan si suami dan tukang sapu pasrah saja mengikhlaskan karena dianggap itu keinginan dari jabang bayi tersebut, hingga bayi lahir si Ibu sudah tidak ada minat lagi untuk melakukannya. Itulah hanya beberapa contoh diatas yang menggambarkan tentang perbedaan dan minat masing-masing kita semua sejak dalam kandungan. Sesudah manusia terlahir, akan berkembang lagi dengan perbedaan lainnya dari isu-isu yang berbeda, misalnya menyangkut masalah kepercayaan, latar belakang pendidikan, pola pikir, beragam hobbi, minat ketertarikan akan sesuatu, sampai menyangkut masalah politik, agama, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi. Bicara masalah perbedaan, tentu tidak akan ada habisnya, jumlah penduduk Indonesia yang melebihi 255 juta lebih, berarti kalau di list satu persatu, akan terdata di database yang panjang, dan pastinya tidak dapat masuk ke dalam data komputer dalam kapasitas besar sekalipun. Apalagi sampai memperdebatkan satu sama lain secara verbal perbedaan tersebut yang bakal menimbulkan konflik, bahkan pertumpahan darah bisa saja terjadi. Untuk menghindari perbedaaan yaitu dengan menyatukan persepsi, menghindari isu-isu pembicaraan yang bakal mengarah ke perbedaan, tidak mengunggulkan diri satu sama lain (merasa diri superior dan merendahkan kemampuan orang lain dengan pemikiran mereka lawan bicara kita adalah inferior), meningkatkan toleransi seluas-luasnya dan belajar untuk berpikiran positif. Contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari, masalah budaya, salah satu misalnya, suku dari Jawa Tengah menganggap orang yang bersendawa nyaring dianggap tidak sopan apabila di depan meja makan, dan patut mengucapkan kata “Maaf“ dan diusahakan tidak mengeluarkan suara sendawa yang sangat nyaring sekali, sementara suku dari Banjar menganggap itu adalah hal yang lumrah, makin nyaring sendawa makin bagus karena mengeluarkan gas dalam perut dan mengucapkan syukur terhadap Allah SWT dengan ucapan “Alhamdullilah“. Apakah itu salah dipandang dari sudut masing-masing pihak? Jawabnya adalah tidak. Poinnya, setiap suku budaya, seharusnya membuka komunikasi satu sama lain, dan belajar untuk memahami adat istiadat yang ada di luar hidup mereka, banyak membaca, menonton dan bertanya secara langsung adalah bagian dari peningkatan ilmu pengetahuan untuk mengenal budaya lain. Sedangkan contoh lainnya dibidang sosial, orang yang menabung dan jarang membelanjakan uang mereka dianggap terlalu perhitungan dikalangan sosial, dan sebaliknya orang yang berbelanja terus-terusan dianggap boros dan terlalu hidup berfoya-foya tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya. Ada juga orang konglomerat yang hidup sangat sederhana, dianggap tidak gaul dan terlalu pelit dengan diri sendiri dan sebaliknya. Tapi apakah di tiap level masyarakat paham dan secara pasti, ukuran membelanjakan uang atau penghasilan, dan kadarnya menyumbang untuk kegiatan sosial dari besarnya uang atau materi yang disumbangkan atau dibelanjakan? Masyarakat harusnya paham, bahwa setiap orang punya perhitungan masing-masing dalam mengelola keuangan mereka, dan tidak tergantung dari besar tidaknya pendapatan seseorang. Disini kita diuji untuk memahami satu sama lain, dan tidak mengukur keadaan kita dengan orang lain disekeliling kita. Minat dan hobbi seseorang diberikan secara personal atau individual. Terbukti dengan pernyataan diatas, kehidupan bakal tenang, damai, sentosa, aman dan tidak membawa konflik, atau bahkan bisa sejalan, seirama, tanpa ada singgungan yang bakal memecah belah kesatuan dalam golongan maupun perorangan yang menerapkan semboyan sesungguhnya dari lambang negara kita Garuda Pancasila yaitu Bhinneka Tunggal Ika. ------------------------------------------ [1] Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah kutipan dari Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular. Kata "bhinneka" berarti beraneka ragam atau berbeda-beda, kata "tunggal" berarti satu, kata "ika" berarti itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya tetap adalah satu kesatuan, bahwa di antara pusparagam bangsa Indonesia adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan (https://id.wikipedia.org/wiki/Lambang_negara_Indonesia). [2] “Ngidam menurut kamus besar bahasa Indonesia dengan kata dasarnya idam artinya adalah ingin sekali mengecap sesuatu (ketika hamil muda), dalam pengertian mengecap pastinya ya makan, dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia diartikan dengan kata craving, artinya juga sama”.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorI am Win, my blogs are sharing my knowledges and my experiences, and also opinion about life, tourism, and other themes through my Window. Category |